Bersama menuju perubahan yang lebih baik

Strategi Pengembangan dan Pemasaran Produk Baru

Strategi Pengembangan dan Pemasaran Produk Baru

A. Strategi Pengembangan Produk Baru
Dalam pengembangan produk baru, tahapan awal yang harus diperhatikan adalah tahap perencanaan produk. Perencanaan produk yang matang akan meningkatkan keberhasilan dalam pengembangan produk baru. Seorang perencana harus membuat karakteristik produk yang akan dihasilkan dengan asumsi-asumsi :
1. Produk tersebut termasuk produk pioner apa produk follower (pengikut).
2. Memilih produk yang benar-benar baru atau perluasan merk.
3. Produk tersebut termasuk kategori barang konsumsi atau barang bisnis.
4. Produk tersebut bagi masyarakat termasuk kebutuhan pokok, sekunder atau tersier.
5. Produk tersebut digunakan untuk semua orang atau kalangan terbatas.
6. Produk tersebut digunakan untuk semua usia atau hanya umur tertentu saja.
Hasil gambar untuk pemasaran produk baruProduk pioner atau produk permulaan membutuhkan waktu serta biaya yang cukup banyak untuk dikenal oleh masyarakat. Namun keberhasilan produk pioner akan mampu memonopoli produk tersebut sampai saat produk follower mengikuti. Produk pioner yang berhasil akan selalu dipakai konsumen dan malah akan dijadikan sebutan untuk nama barang tersebut. Seperti sepeda motor Merk Honda, pioner sepeda motor di Indonesia ini hingga saat ini masih menjadi produk yang sangat digemari oleh konsumen. Bahkan dibeberapa daerah di tanah air menyebut sepeda motor itu hanya Honda, meskipun yang dipakai oleh orang tersebut berasal dari merk lain.
Disisi lain produk pioner, PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk., produsen Mie Instan meluncurkan Mie Instan dengan tiga merk sekaligus dengan kualitas yang berbeda disesuaikan dengan segmen/karakteristik konsumen. Indomie untuk kelas atas, Supermie untuk menengah dan Sarimi untuk kelas bawah. Dengan segmentasi produk ini ternyata produk-produk tersebut mampu bertahan disegmennya masing-masing bahkan menjadi produk nomor satu.
Keberhasilan kedua macam produk diatas tidak terlepas dari asumsi masyarakat bahwa sepeda motor dan mie instan termasuk kebutuhan utama saat ini. Karena nilai manfaat produk inilah maka dengan mudah diterima oleh masyarakat konsumen. Produk pioner akan berhasil jika produk tersebut memberikan manfaat yang sangat signifikan bagi konsumen.
Produk follower (pengikut) lebih mudah melakukan penetrasi ke pasar. Namun produk follower yang tidak memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif akan kalah bersaing dengan produk yang sudah ada. Salah satu contohnya adalah produk-produk dari China. Sepeda Motor produk China dengan berbagai merk banyak yang tidak mampu bersaing dengan produk Jepang. Hal ini dikarenakan kualitas produk sepeda motor China masih dibawah produk Jepang. Sedangkan Hann Phone (HP) produksi China saat ini sudah mampu merebut sebagian pangsa pasar HP di Indonesia. HP produksi China saat ini memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan merk yang sudah lama beredar. Keunggulan kompetitif tersebut antara lain ; harga yang murah dengan fasilitas dan fitur sama atau bahkan melebihi fasilitas merk HP yang sudah ada, dan kualitas produk juga tidak terlalu berbeda jauh.
Produk-produk yang sudah memiliki ekuitas merk yang kuat dalam pengembangan produk lebih banyak menggunakan strategi perluasan merk dari pada membuat produk baru dengan merk baru. Hal ini dilakukan untuk menekan biaya promosi karena produk sudah dikenal oleh masyarakat. Salah satu contoh strategi perluasan merk adalah Produk sepeda motor Honda Supra. Dalam pengembangan Merk Honda Supra selalu mengikuti sejak dari Honda Supra 100 cc, Honda Supra X 110 cc, Supra XX 110 cc, Supra X 200 cc hingga Supra X injection. Hal ini dilakukan karena Honda Supra sudah dikenal oleh masyarakat secara luas dengan kualitas yang sudah tidak meragukan. Sebenarnya dalam pengembangan produk baru ini, Honda juga membuat beberapa varian dengan merk baru, seperti Honda Legenda, Honda Revo, Honda Blade, meskipun mampu melakukan penetrasi pasar, namun penjualannya masih kalah dari Honda Supra.
Contoh lain pengembangan produk baru dengan strategi perluasan merk adalah produk Indomie rasa nusantara dengan berbagai varian rasa yang berbeda-beda disesuaikan dengan selera masing-masing daerah. Demikian juga produk dari PT. Unilever, Tbk., jika dulu kita mengenal produk sabun mandi merk Lifebuoy begitu menguasai pasar hingga saat ini, akhirnya produk tersebut berkembang ke produk sampoo dengan merk yang sama.
Pada pengembangan produk pertanian, produk akan berhasil jika mengikuti isu atau perkembangan informasi yang terbaru. Isu yang berkembang saat ini adalah masalah lingkungan dengan adanya global warmning, back to nature dan penggunaan produk organik. Produk pertanian akan mudah diterima konsumen jika produk tersebut memiliki perbedaan yang sangat jelas dari produk yang sudah ada sebelumnya. Hal ini dikarenakan produk pertanian pada umumnya adalah produk follower. Sebagai contoh, peluncuran produk Bakpao Telo yang cukup sukses di Malang. Bahan baku bakpao telo yang berasal dari ketela bagi konsumen merupakan hal yang baru dan memiliki perbedaan yang cukup jelas dari produk bakpao yang telah ada dengan bahan baku dari tepung.
Penggunaan teknologi untuk pengolahan produk pertanian juga cukup memberi kekuatan kepada produk pertanian untuk penetrasi pasar. Hal ini dikuatkan dengan adanya pengolahan produk buah-buahan menjadi keripik, seperti kripik apel, kripik nanas, kripik nangka dan jenis buah-buahan lain yang selama ini dikonsumsi dalam bentuk buah segar. Dengan teknologi pengeringan untuk buah basah dan dikemas secara bagus menggunakan alumunium oil menjadikan produk tersebut menarik bagi konsumen.
B. Pemasaran Produk Baru
Peluncuran produk baru merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi para professional pemasaran. Alasan utama untuk ini adalah bahwa pekerjaan ini mempunyai tantangan yang menarik. Selain itu, dalam peluncuran produk baru bisa diaplikasikan berbagai ilmu dan strategi pemasaran. Justru karena sarat dengan fungsi pemasaran, maka para pelaku pemasaran harus hati-hati namun mantap dalam perencanaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut setelah kegiatan pemasaran produk baru.
Persaingan bisnis yang ketat telah menantang para pebisnis harus selalu inovatif dan kreatif. Salah satu solusinya adalah meluncurkan produk baru tiap tahunnya. Jumlah yang diluncurkan tergantung daya serap pasar dan tingkat persaingan yang ada. Strategi seperti ini harus didukung oleh semua konstituen yang ada dalam perusahaan mulai dari bagian riset, produksi, pemasaran, distribusi, sampai kepada public relations.
Besarnya antusiasme dalam peluncuran produk baru tidak menjamin suksesnya produk tersebut di pasar. Namun, yang menjadi persoalan justru pada pasca kegiatan peluncuran tersebut. Data riset memembuktikan bahwa 90% dari produk baru gagal dalam kurun waktu dua tahun. Padahal jumlah produk atau jasa baru selalu meningkat tiap tahun. Ini pula yang membuat sulitnya produk baru mendapat perhatian konsumen.
Besarnya kesulitan yang menghadang pada peluncuran produk baru seharusnya tidak mengurangi semangat dalam melucurkan produk baru. Bagaimanapun, produk baru adalah darah baru yang selalu diperlukan perusahaan. Sementara itu, para professional pemasaran harus sadar bahwa di balik tantangan yang berat dari peluncuran produk baru terdapat potensi yang besar untuk berhasil.
Dalam melaksanakan peluncuran produk baru harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Jangan merencanakan peluncuran sebelum adanya kepastian bahwa produknya siap untuk diluncurkan.
Dalam konteks ini harus ada sinkronisasi antara divisi produksi dan pemasaran. Bagian produksi harus memastikan bahwa produk yang dihasilkan sudah sesuai dengan standart produk baik mengenai kualitas maupun standart kemanan produk. Dengan ketatnya persaingan bagian pemasaran harus memahami secara mendalam strategi pemasaran yang akan diterapkan agar konsumen membeli produk baru tersebut. Jadi perencanaan acara peluncuran harus matang.
2. Buat rencana peluncuran tidak kaku.
Dalam era globalisasi seperti saat ini, informasi dan inovasi selalu berubah setiap waktu. Rencana yang fleksibel dapat berubah setiap saat, menyesuaikan kondisi dan informasi pasar. Peluncuran produk yang tepat waktu akan memudahkan produk tersebut diterima oleh konsumen. Sebagai contoh peluncuran pupuk untuk tanaman padi akan lebih diterima ketika dilakukan pada saat musim tanam jika dibandingkan ketika musim panen, karena konsumen bisa segera mengaplikasikannya sekaligus mencoba produk tersebut.
3. Gunakan beberapa macam media untuk promosi.
Penggunaan media untuk promosi memang mutlak diperlukan, namun bila media yang digunakan selalau sama dengan yang terdahulu maka akan ada kejenuhan. Oleh karena itu perlu digunakan media baru yang belum banyak digunakan. Banyak media yang bisa digunakan untuk promosi, diantaranya iklan (elektronik dan cetak), Sales Promotion, promosi online lewat internet dan promosi lewat Hand Phone via SMS. Dua media promosi terakhir, saat ini banyak digunakan dan merupakan salah satu media promosi yang baru.
4. Gunakan strategi pemasaran yang jitu
Banyak strategi pemasaran yang berkembang di dunia, pemilihan strategi yang tepat akan meningkatkan keberhasilan dalam pengembangan produk baru. Salah satu strategi yang banyak dipakai adalah strategi bauran pemasaran (Marketing mix). Menurut William J.Stanton (1986) pengertian marketing mix secara umum adalah sebagai berikut : marketing mix adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan kombinasi empat besar pembentuk inti sistem pemasaran sebuah organisasi. Keempat unsur tersebut adalah penawaran produk/jasa, struktur harga, kegiatan promosi, dan sistem distribusi (Arlina Nurbaity L., 2004). Keempat unsur atau variabel bauran pemasaran (Marketing mix) tersebut atau yang disebut four p's adalah sebagai berikut:
a. Strategi Produk
Strategi ini lebih mengedepankan jenis produk yang akan dijual, apakah itu produk barang ataukah produk jasa. Masing-masing produk memiliki karakteristik masing-masing. Dalam pemasarannya harus disesuaikan dengan karakteristik produk tersebut. Strategi produk juga harus memperhitungkan segmen pasar untuk produk yang akan dijual.
Untuk produk pertanian produsen harus memperhatikan penggunaan bahan baku sampai proses produksi yang dilakukan. Disamping itu masalah-masalah yang terkait dengan packing, labeling, branding, komposisi dan ingridient serta manfaat produk dan masa kadaluwarsa perlu diperhatikan. Hal ini agar dapat diketahui secara pasti oleh konsumen yang saat ini sudah memperhatikan masalah gizi dan jaminan keamanan pangan. Di samping itu, dengan penampakan produk yang baik, dapat memberikan preferensi konsumen bahwa pangan olahan hasil home industri tidak terkesan “inferior” atau murahan.
b. Strategi Harga
Strategi Harga adalah menetapkan berapa rupiah produk tersebut akan dijual. Penetapan harga ini selain memperhitungkan faktor produksi dan keuntungan yang akan didapatkan, juga harus memperhitungkan harga produk yang sudah ada, apakah akan ditetapkan sama, dibawah, atau diatas harga produk yang sudah ada jika produk tersebut merupakan produk follower. Selain itu penetapan harga harus memperhatikan daya beli konsumen pada saat produk diluncurkan.
c. Strategi Penyaluran / Distribusi
Strategi distribusi adalah menentukan saluran distribusi yang akan digunakan, serta panjang pendeknya saluran distribusi tersebut. Banyak produk yang berhasil menggunakan saluran distribusi yang pendek, misalnya lewat Multi level Marketing atau penjualan online. Namun tidak sedikit pula produk yang harus menggunakan saluran distribusi yang cukup panjang, misalnya melewati distributor, agen, pengecer baru ke konsumen. Distribusi ini biasanya banyak digunakan barang-barang konsumsi sehari-hari. Semakin panjang saluran distribusi maka semakin banyak jasa yang harus dibayar oleh konsumen, demikian juga sebaliknya.
d. Strategi Promosi
1) Program periklanan yang dijalankan, kegiatan periklanan merupakan sebagai media utama bagi perusahaan untuk menunjangan kegiatan promosi dimana promosi memiliki tujuan utama untuk menarik konsumen agar mau melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan. Saat ini periklanan yang sering digalakkan adalah melalui kegiatan media cetak dan elektronik.
2) Promosi dengan mengutamakan penjualan yang dilakukan secara pribadi atau lebih dikenal dengan istilah ‘Personal Selling’. Kegiatan promosi yang satu ini bisa dikatakan sebagai ujung tombak dari kegiatan promosi. Karena kegiatan personal selling adalah kegiatan promosi yang mengharuskan berhadapan dengan konsumen dengan secara langsung.
3) Promosi yang dilakukan dengan mengedepankan kualitas promosi penjualan. Promosi penjualan mengedepankan aspek penambahan intensitas terhadap strategi dalam pemasaran produk. Penambahan intensitas disini dalam meliputi berbagai aspek manajemen pemasaran, meliputi peningkatan kualitas produk, kualitas pelayanan distribusi, menambah kualitas pelayanan agar menjadi lebih baik dan masih banyak aspek lainnya yang dapat ditingkatkan demi tercapainya kepuasan pelanggan atas produk yang telah dipasarkan.
4) Promosi dengan cara meningkatkan publisitas, cara ini lebih condong untuk membentuk sebuah image yang lebih positif terhadap produk yang ditawarkan. Pembentukan image positif ini dapat dilakukan dengan iklan atau promosi yang memiliki karakteristik tertentu yang tidak dapat dimiliki oleh strategi pemasaran produk lainnya.

Pengembangan Produk

      Setiap perusahaan pasti menghasilkan sebuah produk, baik berupa barang maupun jasa. Produk inilah yang menjadi sumber pendapatan utama bagi setiap perusahaan. Sebuah perusahaan dikenal oleh para konsumen melalui produk yang dihasilkannya, sehingga dapat dikatakan sebuah perusahaan identik dengan produk yang dihasilkannya yang kemudian menjadi ikon dari perusahaan tersebut.

Ketika perusahaan akan meningkatkan pendapatan salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan pengembangan produk dan jasa baru yang akan dihasilkan. Selain itu adanya perubahan yang cepat dalam selera, teknologi dan persaingan yang ketat merupakan suatu kenyataan yang dapat kita lihat, sehingga banyak perusahaan yang bersaing memperebutkan peluang pasar baik itu perusahaan yang menghasilkan produk sejenis maupun perusahaan yang menghasilkan produk beragam.
Produk Vacuum Friying
Hal ini menuntut manajemen perusahaan untuk dapat melahirkan kiat-kiat alternatif (strategi) dalam mensiasati pasar, salah satunya dengan peluncuran produk inovasi baru (pioneer product). Sebuah perusahaan dapat memperoleh produk baru lewat dua cara yaitu (1) akuisisi yaitu dengan membeli seluruh perusahaan, hak paten, atau lisensi untuk membuat produk perusahaan lain, (2) lewat pengembangan produk baru dalam departemen litbang perusahaan sendiri yang berupa pengembangan produk asli, perbaikan produk, modifikasi produk, dan merek. (Kotler, 1987).
Dalam pengembangan produk dan jasa baru diperlukan suatu strategi yang sesuai sehingga produk tersebut bisa diterima oleh konsumen.
Ada banyak hal yang dipertaruhkan ketika mengembangkan produk baru atau jasa. Untuk meminimalkan resiko dan mengalokasikan sumber daya investasi dengan bijaksana, Anda harus mempertimbangkan beberapa faktor :
  • Apakah produk atau jasa baru yang akan dihasilkan memenuhi kebutuhan pelanggan dengan spesifikasinya?
  • Apakah produk atau jasa baru tersebut sudah layak untuk dipasarkan?
  • Apakah proses pembuatan produk ini sudah dikuasai dengan baik?
  • Diperlukan pemahaman terhadap produk pesaing.
  • Bagaimana strategi pemasaran produk baru yang akan dipakai.
Produk menurut Kerin, et. all (2003) adalah barang, jasa atau ide perbuatan yang nampak nyata maupun tidak nyata yang dapat memberi kepuasan pada konsumen dan dapat dinilai dengan uang atau ukuran lainya.
Menurut Elvira Syamsir (2009), Produk baru dapat dikelompokkan dalam berbagai definisi, yaitu produk yang benar-benar baru (belum pernah ada sebelumnya); hasil modifikasi produk yang sudah ada; dan atau hasil meniru produk yang sudah ada. Dalam proses pengembangan produk baru memiliki beberapa alasan yaitu peningkatan kualitas; peningkatan efisiensi proses / biaya; untuk memenuhi perubahan tuntutan konsumen; meningkatkan daya saing (kompetisi); meningkatkan keuntungan.
Kerin, et all (2003) membuat klasifikasi produk dalam dua tipe yaitu : berdasarkan tipe pengguna dan derajat dari kenyataan produk. Berdasarkan tipe pengguna dibedakan lagi menjadi barang konsumsi, yaitu produk yang dibeli oleh konsumen terakhir untuk digunakan dan barang bisnis, yaitu produk yang secara langsung maupun tidak langsung mendukung kelengkapan produk untuk dijual lagi.
Menurut Swastha (1997) tahap-tahap dalam pengembangan produk meliputi:
1. Tahap Penyaringan.
Tahap Penyaringan dilakukan setelah berbagai macam ide tentang produk telah tersedia. Dalam tahap ini merupakan pemilihan sejumlah ide dari berbagai macam sumber. Adapun informasi atau ide berasal dari manager perusahaan, pesaing, para ahli termasuk konsultan, para penyalur, langganan, atau lembaga lain.
2. Tahap Analisa Bisnis.
Pada tahap ini msing-masing ide dianalisa dari segi bisnis untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan ide tersebut dapat menghasilkan laba.
3. Tahap Pengembangan.
Pada tahap ini, ide-ide yang telah dianalisa perlu dikembangkan karena ide-ide tersebut dianggap lebih menguntungkan. Pengembangan ini tentunya harus sesuai dengan kemampuan perusahaan.
4. Tahap Pengujian.
Tahap pengujian merupakan kelanjutan dari tahap pengembangan, meliputi:
· Pengujian tentang konsep produk
· Pengujian terhadap kesukaan konsumen
· Penelitian laboratorium
· Test penggunaan
· Operasi pabrik percontohan
· Tahap Komersialisasi

Tahap ini merupakan tahap terakhir dari rangkaian pengembangan produk baru. Pada tahap ini semua fasilitas telah disiapkan baik itu fasilitas produksi maupun fasilitas pemasaran (http://jurnal-sdm.blogspot.com).

Sedangkan Kerin, et all (2003) menjelaskan tahapan pengembangan produk baru sebagai berikut :
1. Strategi Pengembangan Produk Baru (New Product Strategi Development)
  • Menentukan peran untuk produk baru dalam kaitannya dengan tujuan-tujuan perusahaan.
  • Memberikan fokus untuk ide-ide dan konsep-konsep yang dikembangkan kemudian.
2. Pemunculan Ide (Ide Generation)
Tahapan ini merupakan pencarian peluang produk baru secara terus menerus dan sistematik. Tahapan ini dilakukan untuk menemukan gagasan-gagasan baru dan segara mengenai penciptaan produk.
3. Evaluasi dan Penyaringan (Screening and Evaluation)
Evaluasi internal dan eksternal dari ide-ide produk baru untuk mengambil ide yang sesuai dan menghilangkan ide-ide yang tidak perlu upaya lebih lanjut.
4. Analisis Bisnis (Business Analisys)
Analisis bisnis meliputi ; penentuan spesifikasi produk; Strategi pemasaran yang diperlukan untuk mengkomersialkan produk; Membuat proyeksi keuangan yang diperlukan; Menentukan patent atau hak cipta dari produk.
5. Pengembangan Produk (Product Development)
Ide yang sudah muncul kemudian dituangkan ke dalam bentuk produk awal (prototipe) untuk selanjutnya didemontrasikan / diuji.
6. Pengujian Pasar (Market Testing)
Mengekspos produk yang sebenarnya kepada calon konsumen, serta dievaluasi bagaimana tanggapan real konsumen terhadap produk yang kita tawarkan.
7. Komersialisasi (Commercialization)
Komersialisasi adalah pluncuran produk dalam skala penuh dalam bentuk penjulan kepada konsumen.
Seperti halnya manusia, setiap produk juga mengalami kelahiran dan kematian baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Suatu produk bisa saja pada suatu waktu sangat disukai banyak orang dan laku keras, namun di lain waktu produk itu tidak laku lagi dijual. Jadi pengertian daur hidup produk yaitu tahapan suatu produk mulai dari lahir, tumbuh, dewasa dan mati. Setiap produk memiliki masa daur hidup produk yang berbeda. Produk elektronik biasanya memiliki rentang waktu yang sempit alias cepat mati sedangkan produk seperti makanan dapat bertahan lebih lama.
Menurut Philip Kotler ( 2006), Pemasaran adalah Suatu proses sosial, dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan, dan mereka inginkan dengan menciptakan dan mempertahankan produk dan nilai dengan individu dan kelompok lainnya (dalam Arlina Nurbaity L, 2004).
Leo Williyanto S, Penerapan Metode Design For Production (DFP) Untuk Meningkatkan Proses Pengembangan Produk. Keberhasilan pengembangan suatu produk baru sangat membutuhkan kemampuan untuk memprediksi pada awal proses pengembangan produk, yang nantinya berpengaruh pada suatu desain produk. Berbagai metode dan pendekatan telah dikembangkan untuk meningkatkan proses pengembangan sebuah produk baru. Design for Production (DFP) berhubungan dengan metode-metode yang mengevaluasi performance sistem manufaktur sebagai sebuah fungsi dari variabel desain produk. DFP dapat mengarahkan tim pengembangan produk untuk memperhatikan perubahan pada desain produk untuk menghindari masalah yang bakal terjadi dan untuk meningkatkan keuntungan. Selain itu, DFP dapat menghasilkan saran-saran untuk meningkatkan sistem manufaktur.
Pendekatan ini menyediakan metode-metode untuk tim pengembang produk untuk mengevaluasi performa dari sistem manufaktur sebelum proses produksi dimulai. Tool-tool berdasarkan pendekatan ini akan lebih baik apabila diterapkan selama tahap awal dari proses pengembangan produk baru. Meskipun begitu, setiap perusahaan juga harus menentukan bagaimana untuk menerapkan pendekatan DFP untuk merefleksikan fitur-fitur khusus dari pasar dan proses pengembangan produknya. Secara khusus, pihak organisasi harus mengidentifikasi aspek-aspek yang mana dari desain produk yang secara substansial mempengaruhi performa sistem manufaktur dan mengembangkan model dan metode untuk estimasi, dimana performa sebagai sebuah fungsi dari atribut-atribut desain yang relevan.
Hasil uji coba yang telah dilakukan dengan melakukan perubahan desain untuk meningkatkan performa menunjukkan hasil yang sangat menggembirakan. Desain For Production secara signifikan dapat meningkatkan kapasitas produk sampai lebih dari 40% tanpa melakukan pengurangan dalam jumlah komponen sebelumnya. Perubahan desain yang dilakukan menyertakan perpindahan komponen dari satu tempat ke tempat lainnya sehingga dapat berlangsung routing produk yang lebih sesuai.
Michael Adiwijaya, Perluasan Merek : “Strategi Jitu Peluncuran Produk Baru”. Strategi perluasan merek bukan hal yang baru dalam dunia pemasaran, dimana strategi pengembangan merek ini banyak digunakan oleh praktisi – praktisi pemasaran di dalam aktivitas peluncuran produk baru. Penggunaan strategi tersebut didasarkan pada pertimbangan besarnya biaya iklan untuk meningkatkan brand awareness dari produk baru, adanya ikatan emosional antara konsumen dengan merek yang memiliki ekuitas yang tinggi, dan waktu proses adopsi dari respon konsumen yang relatif lebih singkat. Strategi perluasan merek memiliki kekuatan dan kelemahan, demikian halnya dengan strategi pengembangan merek lainnya. Setiap peluncuran produk baru, baik yang menggunakan strategi merek baru ataupun strategi perluasan merek tetap memiliki resiko yang sama besarnya.
Membangun ekuitas merek yang kuat adalah isu utama bagi pihak top manajemen karena hal tersebut ikut menentukan nilai dari sebuah perusahaan. Jika suatu produk telah memiliki ekuitas merek yang kuat, maka dengan mudahnya mereka dapat mengembangkan mereknya melalui berbagai macam strategi seperti co-branding, brand extention, line extension serta beberapa strategi pengembangan merek lainnya. Perluasan merek atau brand extension dewasa ini lazim digunakan oleh perusahaan – perusahaan di Indonesia sejak adanya krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997.
Menurut Helen Wing, Director of the Marketing Science Centre at Research International menyatakan bahwa produk baru dengan merek yang benar – benar baru membutuhkan usaha pemasaran dari segi waktu dan biaya yang lebih banyak untuk memperkenalkan merek dan membangun awareness konsumen.
Menyadari dan mempertimbangkan bahwa strategi perluasan merek juga memiliki keterbatasan dan kelemahan dalam aplikasinya, maka perusahaan juga perlu untuk mempelajari mengapa perluasan merek dapat gagal di pasar. Ada tiga faktor utama penyebab kegagalan sebuah strategi perluasan merek (Wing, 2004) yaitu:
a. Tidak adanya perbedaan dari merek induk
b. Kualitas produk kurang baik
c. Tidak adanya support pemasaran yang baik.
Dari ketiga faktor utama kegagalan tersebut diatas maka perusahaan harus benar – benar mempersiapkan produk baru yang akan diluncurkan dimana atribut – atribut produk harus berbeda dengan atribut – atribut produk merek induk. Pemasar hendaknya tidak hanya mengandalkan ekuitas merek yang tinggi dari merek induk saja tetapi juga harus menyediakan aktivitas – aktivitas pemasaran pendukung untuk memperkuat posisi dari produk baru tersebut.
Michael Adiwijaya, Analisa Strategi Reposisi Merek Dalam Persaingan Pasar. Ketatnya persaingan pasar dan perubahan–perubahan yang terjadi di pasar membuat para pemasar harus menerapkan sebuah strategi yang tepat untuk dapat bertahan dan mengikuti perubahan pasar serta bahkan tampil sebagai pemimpin pasar. Strategi reposisi merek merupakan salah satu alternatif strategi perubahan yang dapat diterapkan oleh pemasar dalam situasi dan kondisi pasar tertentu. Penerapan strategi ini harus dilakukan dengan berlandaskan pada pemahaman akan konsep dasar reposisi merek.
Mempertimbangkan pentingnya peran positioning pada keberhasilan suatu produk, maka terdapat tiga langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan positioning (Kotler, 2003):
1. Mengidentifikasi keunggulan–keunggulan kompetitif yang dimiliki oleh perusahaan. Untuk mendapatkan keunggulan bersaing (competitive advantage) maka perusahaan harus melakukan kegiatan diferensiasi atas penawaran kepada konsumen yang berbeda dibandingkan dengan penawaran dari pesaing. Diferensiasi dapat dilakukan melalui inovasi pada bauran pemasaran (marketing mix) seperti atribut produk, harga, saluran distribusi, dan juga aktivitas komunikasi pemasaran.
2. Memilih salah satu atau lebih keunggulan kompetitif yang dimiliki untuk dikomunikasikan dan diposisikan dalam benak konsumen. Adapun persyaratan suatu keunggulan untuk dapat dipilih dan dikomunikasikan adalah:
· Sesuatu yang penting bagi konsumen
· Sesuatu yang khas dan unik
· Bernilai superior
· Mudah dikomunikasikan
· Sesuatu yang baru/pioner
· Terjangkau (daya beli)
· Dapat memberikan keuntungan
Strategi reposisi merek harus diimplementasikan pada momentum yang tepat untuk dapat memberikan hasil dan dampak yang efektif dalam peningkatan pangsa pasar. Menurut Ramesh Kumar seorang Professor Marketing dari Indian Institute of Management di Bangalore India, memberikan persyaratan waktu, situasi dan kondisi yang tepat untuk mempraktekkan strategi reposisi merek.
Berikut beberapa kondisi yang tepat untuk mengimplementasikan strategi reposisi merek adalah:
1. Pada waktu banjirnya penawaran–penawaran produk baru.
Strategi reposisi merek dapat dilakukan ketika terjadi banjir penawaran – penawaran baru di pasar yang berpotensi untuk menggeser posisi dari merek yang sudah mapan (establish brand). Sehingga implementasi dari strategi reposisi merek dibutuhkan untuk memberikan penekanan kembali akan eksistensi mereknya.
2. Pada saat merek yang sudah mapan tidak dapat memberikan penawaran akan fitur atau varian yang sama dengan yang telah ditawarkan oleh merek – merek baru (new brand).
Pada kondisi tersebut, merek yang mapan kalah bersaing dengan merek–merek yang baru sehingga timbul kebutuhan bagi merek yang mapan untuk mereposisi keberadaan mereka. Maka dari itu establish brand harus mereposisi mereknya dengan cara memberikan penekanan pada apa yang menjadi kehendak dari konsumen dan berusaha untuk mencari cara–cara pemasaran baru yang dapat menarik minat dari konsumen.
3. Ketika citra temporer dibutuhkan pada kategori –kategori produk tertentu sebagai akibat dari adanya perubahan psikografis konsumen.
Apabila terjadi perubahan psikografis konsumen pada suatu kategori produk tertentu, maka strategi reposisi merek dapat diimplementasikan untuk menciptakan citra sesuai dengan adanya perubahan tersebut.
4. Jika suatu merek ingin mengganti target pasar mereka karena minat pembelian yang rendah atas suatu kategori produk.

Terkadang suatu merek memiliki pangsa pasar yang rendah atau mengalami stagnasi pertumbuhan pasar, bukan karena implementasi faktor bauran pemasaran (marketing mix) yang salah. Tetapi bisa jadi karena salah dalam menentukan target pasar atau kurang memahami karakter dan keinginan dari konsumennya.
5. Ketika suatu merek ingin mengkomunikasikan penawaran–penawaran baru yang lebih menarik.
Eksekusi komunikasi pemasaran yang kurang tepat juga turut mempengaruhi efektifitas dari positioning yang dilakukan oleh pemasar. Strategi reposisi merek dapat digunakan apabila pemasar hendak mengkomunikasikan pesan baru ataupun penawaran baru kepada konsumen.
Kombinasi dari aspek harga dan kualitas yang dapat dijadikan strategi dalam positioning adalah More for More, More for The Same, More for Less, The Same for Less, dan Less for Much Less. Berikut penjelasan dari ke-lima kombinasi strategi dimaksud.
· More for More adalah strategi positioning yang menekankan kepada konsumen bahwa kualitas merek produk perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan kualitas merek produk pesaing dengan penetapan harga yang lebih tinggi pula dibandingkan harga produk pesaing.
· More for The Same adalah strategi positioning yang menekankan kepada konsumen bahwa kualitas dari merek produk perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan kualitas merek produk pesaing dengan penetapan harga yang sama dengan harga produk pesaing.
· More for Less adalah strategi positioning yang menekankan kepada konsumen bahwa kualitas dari merek produk perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan kualitas merek produk pesaing dengan penetapan harga yang lebih murah dibandingkan harga produk pesaing.
· The Same for Less adalah strategi positioning yang menekankan kepada konsumen bahwa kualitas dari merek produk perusahaan sama dengan kualitas produk merek pesaing dengan penetapan harga yang lebih murah dibandingkan harga produk pesaing.
· Less for Much Less adalah strategi positioning yang menekankan kepada konsumen bahwa kualitas dari merek produk perusahaan lebih rendah sedikit dari kualitas produk merek pesaing dengan penekanan harga yang jauh lebih murah dibandingkan harga produk pesaing
Pangan Fungsional (Functional Food)

Pangan Fungsional (Functional Food)


Pangan Fungsional (Functional Food) adalah pangan, baik alami maupun olahan, yang mengandung satu atau lebih senyawa yang memiliki fungsi fisiologis tertentu dan menguntungkan bagi kesehatan berdasarkan kajian ilmiah. Sedangkan menurut International Food Information Council, pangan fungsional adalah pangan yang memberikan manfaat kesehatan di luar zat-zat gizi dasar yang terkandung di dalamnya.

Hasil gambar untuk pangan fungsional manggisSalah satu contoh pangan fungsional yang bisa dikembangkan sebagai produk pangan olahan adalah Produk Olahan Manggis sebagai sirup maupun jus yang bisa dikonsumsi sebagai minuman segar sehari-hari. Sirup dan jus buah manggis bisa dikategorikan sebagai pangan fungsional karena berdasarkan riset dapat menjaga kesehatan tubuh, memperkuat sistem kekebalan tubuh, menetralisir radikal bebas, membantu sistem pernafasan. Selain itu jus buah Manggis juga bisa berfungsi sebagai Supplement untuk diet.

Dari hasil studi farmakologi dan biokimia dapat diketahui bahwa mangostin yang terkandung dalam buah Manggis secara kompetitif menghambat tidak hanya reseptor histamin H, mediator kontraksi otot lunak tetapi juga epiramin yang membangun tempat reseptor H1, pada sel otot lunak secara utuh. Mangostin merupakan tipe baru dari histamin.

Bahan Pangan olahan lain yang patut untuk dikembangkan sebagai produk pangan fungsional adalah bekatul. Bekatul sebagai hasil samping penggilingan padi diperoleh dari lapisan luar karyopsis beras. Meskipun bekatul tersedia melimpah di Indonesia, pemanfaatannya untuk konsumsi manusia masih terbatas. Hingga saat ini, pemanfaatannya terbatas sebagai pakan. Padahal, nilai gizi bekatul sangat baik, kaya akan vitamin B, vitamin E, asam lemak esensial, serat pangan, protein, oryzanol, dan asam ferulat.

Senyawa fitokimia pada bekatul (phytos = tanaman, chemicals = zat kimia) menjadi topik penelitian penting karena dapat memberikan fungsi-fungsi fisiologis dalam pencegahan penyakit degeneratif. Komposisi fitokimia bekatul sangat bervariasi, bergantung pada faktor agronomis, varietas padi, dan proses penggilingannya (derajat sosoh).

Fraksi tak tersabunkan dari minyak bekatul terdapat sampai 5 persen dari berat minyak, dengan kandungan utamanya sterol. Sterol yang terdapat dalam jumlah banyak adalah b-sitosterol yang jumlahnya 50 persen dari total sterol. Komponen penting lainnya adalah senyawa tokol (tokotrienol dan tokoferol). Tokoferol adalah vitamin E yang bersifat antioksidan yang kuat sehingga penting dalam menjaga kesehatan manusia. Kandungan lainnya yang juga memberikan pengaruh kesehatan sangat menguntungkan adalah oryzanol dan asam ferulat (ferulic acid).

Penggunaan bekatul sebagai makanan terbatas karena sifatnya mudah rusak karena aktivitas hidrolitik dan oksidatif dari enzim lipase yang secara alamiah (endogenous) terdapat pada minyak bekatul atau oleh mikroba. Untuk memperoleh bekatul awet bersifat food grade dengan mutu yang tinggi, seluruh komponen penyebab kerusakan harus dikeluarkan atau dihambat, dan pada saat bersamaan kandungan komponen berharga (nutritional) harus tetap dijaga.

Dari beberapa metode stabilitas yang telah dilakukan, metode dan perlakuan pemanasan dengan tekanan tinggi dan kadar air, tetap dapat dianggap cara terbaik. Metode ini berdasarkan pemanfaatan kadar air bekatul sebagai perantara (heat transfer), denaturasi enzim, dan sterilisasi. Dua metode yang tergolong proses ini adalah drum berputar dan ekstrusi pindah panas. Keuntungan proses ini tidak membutuhkan aliran uap air dari luar, peralatannya relatif kecil, dan mudah instalasi juga operasinya. Dengan demikian, unit dapat digabungkan dengan unit penggilingan beras dengan sedikit modifikasi.

Untuk pangan, bekatul dapat dicampur dengan bahan lain pada pembuatan biskuit, kue, dan lain-lain. Penggunaan bekatul secara komersial di luar negeri baru pengekstrakan bekatul untuk minyak goreng. Pemanfaatan bekatul yang telah diawetkan sebagai makanan sarapan sereal, dengan perbandingan (dalam persen) tepung beras : bekatul dari 90:10 sampai dengan 30:70. Substitusi bekatul padi 15 persen pada tepung terigu dilaporkan memberikan hasil yang optimal terhadap penerimaan cookies dan roti manis. Substitusi ini meningkatkan kandungan serat pangan (hemiselulosa, selulosa, dan lignin) dan niasin pada produk.

Dari uraian di atas terlihat bahwa bekatul padi mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai pangan fungsional. Potensi ini berkorelasi positif dengan padi/beras sebagai konsumsi utama masyarakat Indonesia. Pemanfaatan limbah penggilingan padi dapat diolah menjadi bekatul awet, dan kemudian diolah lanjut sebagai pangan fungsional.
Back To Top